LPM Hayamwuruk
  • Dari Redaksi
  • Agenda
    • Agenda Kampus
    • Agenda Kegiatan
  • Berita
    • Berita Aktual
    • Hawe Pos Aktual
    • Tabloid Hawe Pos
    • Headline
    • Feature
    • Kampus Kita
    • Kabar Hawe
  • Produk HaWe
    • Majalah Hayamwuruk
    • Hawe Buletin
  • Jurnalistik
  • Kolom
  • English Corner
  • Lainnya
    • Sayembara Hawe
    • Lomba Penulisan
    • Beasiswa
    • Lowongan Kerja

Berita Terbaru

Uniknya Rumah Batu di Wonogiri Menyerupai Rumah Patrick Star

Dok. Hayamwuruk Wonogiri ( 1 / 2 /19), Terdapat r umah batu yang menyerupai rumah Patrick Star dalam serial kartun Spongebob Squa...

Terpopuler

  • [OPINI] Banggakah Kita dengan Bahasa Negara?
  • Angin Berembus dari Selatan
  • Home
  • /
  • Kabar Kampus
  • / Sudah Efektifkah Dana Kemahasiswaan?

Sudah Efektifkah Dana Kemahasiswaan?

Oleh: Hasna Fuadilla H.
Reporter: Lana Fitria S. dan Syarifudin

Minggu, Bulan November satu tahun lalu (27/11/12), Ruang Teater Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) ramai oleh perdebatan para mahasiwa dalam acara Kongres Mahasiswa yang dihadiri oleh seluruh Unit Kegiatan Kampus (UKM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di FIB Undip. Mereka tengah memperbincangkan kelanjutan penarikan DKM untuk tahun selanjutnya. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, maka diambillah suatu keputusan atas kesepakatan bersama bahwa DKM untuk tahun 2012 akan ditarik sebesar Rp27.500,00 dan dikoordinasi oleh Senat Mahasiswa (Sema) FIB.

DKM atau Dana Kemahasiswaan adalah sejumlah dana yang ditarik dari mahasiswa dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh mahasiswa dan diperuntukkan untuk kegiatan mahasiswa. Untuk tahun 2012, sasaran pembayaran DKM adalah mahasiswa baru FIB. “Karena (angkatan lain) dianggap sudah bayar itu, jadi sasaran utamanya itu yang 2011 dan 2012. Soal inikan kalo yang 2011 itu baru sekitar 1 tahun ini masuk UKM sama HMJ dan 2012 mereka angkatan baru.” Terang Ryan, ketua Sema periode 2011-2012.

Pada Kongres Mahasiswa tahun lalu, telah disepakati bersama bahwa untuk tahun 2012, sosialisasi DKM akan dilakukan dengan cara menyelenggarakan ekspo dan pembagian souvenir dalam bentuk pin bagi yang sudah membayar. Sesuai perencanaan, ekspo berhasil diselenggarakan pada bulan April lalu atas kerja sama antara Sema, UKM, dan HMJ di FIB. Namun dalam pelaksanaannya, tujuan penyelenggaraan ekspo yaitu sosialisasi DKM seolah tak tersampaikan. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah mahasiswa yang telah membayar DKM.

Hingga kini, tidak banyak mahasiswa yang membayar DKM, entah karena tidak efektifnya sosialisasi DKM atau kurangnya kesadaran mahasiswa untuk membayar DKM. “Kemarin udah kurang lebih seratus. Kalo saya hitung 94 orang. Itu dari KMMS, D3 Jepang, Ilpus (Ilmu Perpustakaan, red.), dari yang lain, dari mahasiswa sendiri ke saya personal.” Jelas Yeni dari Komisi C Sema yang mendapat tugas untuk mengurus keuangan Sema dan DKM ketika ditemui tim Hayamwuruk di parkiran Gedung Sejarah. Yeni mengatakan bahwa ia dan pengurus Sema lainnya berencana untuk berkeliling ke kelas-kelas untuk menagih pembayaran DKM sebelum Kongres Mahasiswa tahun ini digelar.

Sudah semenjak dahulu permasalahan DKM menjadi pembahasan yang sensitif karena menyangkut permasalahan dana yang digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan. Adapun untuk jumlah DKM setiap tahunnya tidaklah sama, tergantung pada jumlah mahasiswa yang membayar. “Untuk sekarang sudah terkumpul sekitar Rp 2.500.000,00 dan bisa diambil oleh UKM atau HMJ.” Ujar Yeni. Dengan jumlah DKM yang sedikit, apalagi untuk dibagi-bagi ke sejumlah UKM dan HM di FIB nampaknya tidak cukup membantu UKM dan HM dalam hal pendanaan.

Belum Efektif

Kenyataannya, ekspo UKM yang diselenggarakan pada Selasa, 17 April lalu kurang mendapat respon positif. Acara yang ditargetkan sebagai ajang untuk sosialisasi DKM nyatanya berlangsung sepi dan kurang optimal, sehingga tujuan penyelenggaraan acara kurang tersampaikan. Christi dari UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) mengatakan bahwa informasi mengenai DKM masih kurang jelas. Rata-rata, UKM lebih memilih untuk mencari dana sendiri untuk membiayai kegiatan masing-masing.
Yeni menjelaskan bahwa salah satu alasan kurang efektifnya acara ekspo pada April lalu adalah kurangnya koordinasi pantia yang terdiri dari Sema, UKM dan HMJ. Menurutnya, respon UKM dan HMJ untuk acara ekspo masih kurang. Panitia acara dari UKM dan HMJ pun sering berganti. “Jadi informasi itu nggak nyampe ke UKM HM.” Ujar Yeni.

Yeni mengaku bahwa ia dan teman-temannya kewalahan untuk mengkoordinasi penarikan DKM. “Kalo penilaian saya sih sebenarnya ada miss komunikasi antara senat yang dulu sama yang sekarang. Yang di mau sama senat yang dulu itu nggak disampein ke kita. Jadi harusnya sebelum UKM (DKM) itu dilakukan kita tuh sudah sosialisasi dan puncaknya di ekspo itu. Kemarin itu waktu kita rapat juga ada presidium kongresnya, nah itu juga nggak menyampaikan (informasi) pada saya.” Jelasnya.
Yeni sendiri mengatakan bahwa ia belum terlalu mengerti mekanisme penarikan DKM. “belum terlalu ngeh. Kita tuh baru trus langsung dikasih ekspo. Kok tiba-tiba ada? Itu pun persiapannya cuma seminggu dua minggu. Jadi kita juga keteteran. Prosedur penarikannya juga saya sama temen-temen belum terlalu paham.” Terangnya.

Ryan sebagai ketua Sema mengaku sedikit bingung dengan ketentuan penarikan DKM, terutama mengenai kesadaran dari para mahasiswa untuk melakukan pembayaran. “Jadi sebelumnya niatnya sih mau wajib, tapi dalam tanda kutip. Soalnya gini, ketika ada mahasiswa, seumpamanya mahasiswa A. Dia nggak ikut kayak HM atau UKM, sedangkan dari promosinya kita kan itu buat dana acara HM atau UKM. Itu terkadang ada pikiran, ‘saya nggak ikut UKM saya nggak ikut HM, jadinya saya bayar kenapa?’ Mereka pada tanyanya gitu, jadinya terkadang ada pemikiran seumpamanya yang ikut HM atau UKM memang wajib gitu, tapi kan buat mereka-mereka yang pikiran ‘saya nggak ikut HM jadi saya nggak perlu bayar’ gitu susah itu lho buat menyadarkan mereka. Jadinya kesulitannya di situ itu jadinya kurangnya di itu.”

Ketika tim Hayamwuruk bertanya mengenai mekanisme penarikan DKM, Ryan menjelaskan bahwa selama ini Sema hanya mengirimkan pesan melalui SMS terhadap UKM dan HMJ. Setelah acara ekspo berakhir, Sema sendiri tidak pernah mengadakan sosialisasi lebih lanjut seperti mengumpulkan UKM dan HMJ untuk pembahasan DKM. Adapun penarikan DKM lebih dipusatkan melalu komting-komting kelas karena dianggap lebih efektif.

Selain penyelenggaraan ekspo, sosialisasi DKM juga dilakukan dengan cara pemberian pin pada mahasiswa yang telah melakukan pembayaran. Mahasiswa dapat meminta pin kepada Sema dengan menunjukkan bukti kuitansi pembayaran DKM. Diharapkan dengan pengadaan pin tersebut dapat menarik minat mahasiswa FIB untuk membayar DKM.

Kenyataannya, sedikitnya jumlah mahasiswa yang membayar DKM menjadi salah satu bukti bahwa sosialisasi DKM masih belum optimal. Padahal, DKM secara tidak langsung dapat membantu kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang diadakan oleh UKM dan HM dari segi pendanaan. Kiranya patut dipikirkan ulang langkah-langkah sosialisasi yang lebih efektif jika UKM dan HMJ di FIB masih mau melanjutkan pengadaan DKM.

Info :

Ditulis oleh : LPM Hayamwuruk

Waktu Penulisan : Jumat, November 30, 2012

Kategori : , Kabar Kampus

Share :

Share
Posting Lebih Baru
Posting Lama

silakan sampaikan komentar anda. ini adalah forum bebas tapi bertanggungjawab. komentar tidak dimoderasi, namun jika ada komentar yang "spam" akan dihapus kemudian. terima kasih.

Majalah Hayamwuruk

Buletin

Lingkar Pers Undip

  • LPM Edents
  • LPM Gema Keadilan
  • LPM Manunggal
  • LPM Momentum
  • LPM OPINI
  • LPM Publica Health

Subscribe

Ikuti kami di media sosial :

  • Agenda Kegiatan (22)
  • Berita Aktual (140)
  • Kabar Kampus (175)
  • Seputar Semarang (61)
  • Buku
  • Cerpen
  • Resensi
  • Sajak

Label

  • Edisi Culture Studies
  • English Corner
  • Feature
  • Kolom dan Opini

Label

  • Dari Redaksi
  • Ilmu Jurnalistik
  • Pers Release
  • Surat Pembaca
Copyright 2018 - LPM Hayamwuruk FIB Undip