Hidupkan Kembali Permainan Tradisional

Oleh : Achmad Dwi Afriyadi

Reporter: Dida Rizal Herbrata, Anik Setyawaty

Minggu (29/1/12), 7 rombongan SD di lingkup Semarang datang ke Stadion Diponegoro memenuhi undangan dari panitia “Yo Prakanca Dolanan Ning Njaba”. Bukan permainan games digital yang sekarang menjadi trend, namun yang ditawarkan adalah permainan tradisional yang semakin sepi peminat. Adapun permainan yang dikompetisikan yakni gobak sodor, bentengan, dakonan, cublak-cublak suweng, dan layangan. Acara yang diselenggarakan sebagai agenda mata kuliah MPK (Manajemen Pertunjukan Kesenian) itu bertujuan memperkenalkan permainan tradisional kepada siswa/i SD. Seperti yang diungkap Galih Wisnu Dhananjaya selaku ketua panitia.

Acara ini mendapat respon positif dari orang tua murid, salah satunya Dahan. Ia berpendapat, permainan tradisional harus diperkenalkan sejak dini karena merupakan identitas bangsa. Selain itu permainan tradisional membuat anak-anak bersosialisasi dan saling mengenal.

“Saya berharap sekali dari faktor budaya memberikan manifetasi karya nyata dari apa yang dipelajari, dari hal yang sederhana karena pembentukan karakter bangsa dimulai dari anak-anak “ imbuhnya.

Tidak hanya orang tua murid. Riska, peserta dari SD Padelangan 2 juga memberikan respon baik. Sebelumnya dia belum pernah mengikuti acara seperti ini, walaupun di tempat dia tinggal dia sering melakukan permainan bentengan. Ia mengaku sudah latihan sebelum acara ini terlaksana agar bisa menang.

“Seru, seneng, rame, bisa ketemu SD lainnya,” ungkap Riska.

Berbeda dengan Riska. Nova dari SD Muhammadiyah 08 mengaku jarang sekali melakukan permainan tradisional ini. Hal ini dikarenakan jumlah anak ditempat tinggal Nova sedikit.

Sebagai wujud nyata dalam mempertahankan permainan tradisional, “Yo Prakanca Dolanan Ning Njaba” adalah sesuatu yang dinilai baru oleh peserta undangan. Padahal permainan tradisional memberikan muatan budaya, juga menanamkan cara bersosialisasi yang baik.